Pariwisata Kota Sukabumi : Bergerak Tenang, Memberi Dampak Nyata bagi Ekonomi Daerah

Oleh: Ilham Mochammad Saputra, Kharisma Putri Azzahra, dan Nur Ainun Khairah
Pariwisata tidak selalu soal destinasi besar atau bentang alam yang spektakuler. Di Kota Sukabumi, pariwisata justru tumbuh dengan caranya sendiri lebih tenang, lebih dekat dengan keseharian warga, namun perlahan memberi dampak nyata bagi ekonomi daerah. Data pariwisata tahun 2023–2024 menunjukkan satu hal penting: pariwisata Kota Sukabumi sedang melangkah pasti.
Sepanjang tahun 2023, jumlah kunjungan wisatawan nusantara di Kota Sukabumi menembus angka satu juta lebih. Pada 2024, angkanya memang sedikit menurun, namun tetap bertahan di kisaran yang sama. Menariknya, penurunan ini tidak terjadi merata. Pada awal hingga pertengahan tahun, pergerakan wisata masih cukup stabil dan bahkan sempat menguat. Artinya, Kota Sukabumi tetap menjadi tujuan singgah dan ruang aktivitas yang diminati, terutama bagi wisatawan yang mencari pengalaman praktis dan mudah dijangkau.
Jika ditelisik lebih dalam, pola kunjungannya pun berubah. Kunjungan ke hotel dan akomodasi sedikit berkurang, tetapi kunjungan ke objek wisata justru meningkat. Ini memberi sinyal bahwa Kota Sukabumi semakin kuat sebagai destinasi kunjungansingkat dan berbasis aktivitas. Orang datang untuk menikmati kuliner, ruang publik, hiburan, dan berbagai aktivitas kota tanpa harus bermalam. Bagi sebuah kota yang dikelilingi wilayah Kabupaten Sukabumi dengan kekayaan wisata alam yang luas, peran ini justru sangat relevan.
Dampak ekonominya terasa jelas. Di saat jumlah kunjungan sedikit turun, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata justru meningkat. Pada 2024, kontribusi pariwisata terhadap PAD naik dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dihitung sederhana, nilai ekonomi yang dihasilkan per kunjungan wisatawan juga lebih besar. Ini menandakan bahwa pariwisata Kota Sukabumi tidak hanya bergantung pada keramaian, tetapi mulai bertumpu pada kualitas aktivitas dan belanja wisatawan.


Sektor hiburan menjadi salah satu penopang penting. Peningkatan penerimaan dari pajak hiburan menunjukkan bahwa wisatawan tidak hanya datang dan lewat, tetapi benar-benar menghabiskan waktu dan uang untuk menikmati pengalaman. Mulai dari rekreasi keluarga, event, hingga aktivitas hiburan lainnya. Pola ini memberi efek berantai: pelaku usaha bergerak, tenaga kerja terserap, dan UMKM ikut menikmati dampaknya.
Hal lain yang patut dicatat adalah stabilitas sektor pendukung. Jumlah hotel dan tenaga kerja di sektor pariwisata relatif terjaga. Stabilitas ini sering kali luput dari sorotan, padahal di situlah denyut ekonomi harian bekerja; pekerjaan tetap ada, usaha bertahan, dan roda ekonomi lokal terus berputar.
Jika dirangkum, pariwisata Kota Sukabumi sedang berada pada fase yang sehat. Ia tidak tumbuh dengan lonjakan sesaat, tetapi dengan penguatan bertahap dan konsisten. Kota ini mulai menemukan posisinya sebagai kota pengalaman, tempat singgah yang nyaman, tempat beraktivitas, dan tempat menikmati layanan kota yang ramah.
Di tengah persaingan destinasi dan perubahan pola berwisata, pendekatan seperti ini justru menjadi kekuatan. Karena pada akhirnya, pariwisata yang berkelanjutan bukan hanya tentang banyaknya orang yang datang, tetapi tentang seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh daerah dan warganya. Dan dari data yang ada, Kota Sukabumi menunjukkan bahwa langkah kecil yang konsisten bisa membawa dampak ekonomi yang berarti.

Artikel ini tidak hanya disusun sebagai upaya membaca dinamika pariwisata Kota Sukabumi dari sisi ekonomi daerah, tetapi juga merupakan refleksi dari proses pembelajaran di ruang kelas yang dikontekstualisasikan dengan realitas pariwisata daerah.
Analisis dan narasi dalam tulisan ini dikembangkan sebagai bagian dari Mata Kuliah Pariwisata dalam Perekonomian Global pada Program Studi Magister Pariwisata, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, di bawah pembinaan Caria Ningsih, Ph.D. dan Dr. Erry Sukriah.
Melalui pendekatan ini, pembelajaran tidak berhenti pada konsep dan teori, tetapi diperluas ke pemaknaan empiris atas praktik pariwisata di tingkat lokal, sebagai bagian dari dinamika ekonomi global yang terus bergerak.
Sumber : Artikel Penulis



